Fakta dan Mitos Vape yang Perlu Kamu Ketahui. Apa Saja?
Hai vapers! Sebagai pecinta vape sejati tentunya kamu memiliki banyak pengetahuan yang membuat kamu berminat dan masih tetap setia dalam menggunakan vape. Namun ternyata masih banyak orang lain diluar pengguna vape atau bahkan pengguna vape yang “amatir” belum banyak mengetahui hal-hal tentang fakta dan mitos yang beredar di dalam dunia vape. Hal ini tentu perlu kita luruskan dan sebarkan agar hal-hal terkait mitos yang merugikan industri vape tidak meluas dan tersebar begitu saja tanpa pertanggungjawaban. Seperti misalnya mengenai fakta yang diklaim oleh Public Health England yang menyebutkan bahwa vape 95% lebih aman daripada rokok. Maka stigma negatif tentang mitos-mitos yang menakutkan pada vape ini seharusnya sudah jauh berkurang. Namun pada kenyataannya hingga kini ternyata masih banyak orang yang bertahan dengan kekeliruan informasi tentang vape
Untuk itu artikel ini kami buat untuk mengurangi berita mitos tentang vape dan tentu saja memberikan fakta yang sebenarnya dengan lugas dan tegas untuk meluruskan beredarnya informasi yang keliru mengenai vape itu sendiri. Simak selengkapnya dibawah ini ya!
Baca juga: 6 Penyebab Vape Meledak dan Cara Mencegahnya
Daftar Isi
Mitos 1: E-liquid mengandung bahan Anti-Freeze
Mitos ini muncul karena salah satu kandungan yang terdapat pada e-liquid yaitu Propylene Glycol yang sebenarnya aman dan tidak beracun bagi tubuh manusia. Karena faktanya standar dari bahan ini legal diperuntukkan pada makanan dan kosmetik. Bahan ini memang mengandung anti-freeze, namun fungsinya adalah sebagai perlindungan untuk mengurangi bahaya pada saat mengkonsumsi e-liquid.
Mitos 2: Vape berbahaya karena mudah meledak
Mungkin kamu sudah sering mendengar narasi tentang “vape meledak” saat diletakkan di saku maupun saat digunakan. Tapi tunggu dulu, ada baiknya kamu tidak segera menelan informasi mentah-mentah sebelum mencari tahu apa penyebabnya. Telusuri dahulu tentang jenis perangkat yang digunakan, tempat pengisian, cara menyimpan, dan cara pengisian daya. Semua hal ini sangat berpengaruh pada penyebab terjadinya ledakan vape. Barang elektronik seharusnya memiliki syarat perawatan dan penyimpanannya secara khusus. Bagaimana ia disimpan, dimana ia dibeli, hingga bagaimana kamu merawatnya. Sebagaimana barang elektronik pada umumnya, jika kamu tidak mengikuti petunjuk pemakaian yang seharusnya, maka yang terjadi adalah bisa membuat perangkat vape menjadi rusak dan berbahaya bagi penggunanya. Jadi, faktanya vape tidak akan mengalami kerusakan apalagi ledakan jika kamu menggunakan vape sesuai standar yang tepat.
Mitos 3: Vaping akan menyebabkan “Popcorn Lung”
Kali ini mitos mengenai efek samping yang lama beredar di masyarakat yaitu “popcorn lung” atau nama ilmiahnya Bronchiolitis Obliterans yang merupakan salah satu penyakit paru-paru yang meradang pada saluran udara paru. Rumor ini beredar pada pekerja pabrik yang melaporkan bahwa ia menderita penyakit popcorn lung yang menyebabkan batuk dan sesak nafas setelah terpapar kadar diacetyl yang tinggi. Dikarenakan beberapa kandungan liquid yang mengandung diacetyl, maka hal ini yang akhirnya menjadi asumsi publik bahwa e-liquid lah penyebab munculnya penyakit “popcorn lung”. Faktanya, sangat sedikit e-liquid yang menggunakan bahan diacetyl. Jika pun memang ada, kandungan diacetyl pada e-liquid pun terbilang sangat sedikit yang tidak akan berpengaruh pada timbulnya popcorn lung. Yang perlu kamu ketahui adalah bahwa kandungan diacetyl yang ada pada rokok disinyalir jauh lebih tinggi dibandingkan e-liquid.
Mitos 4: Vaping sama berbahayanya dengan merokok
Kebanyakan orang tentu sudah tahu bahaya dari merokok dengan zat-zat kimia dan adiktif yang berbahaya. Bahkan peringatan itu tertera jelas di dalam bungkus rokok. Bahan kimia ini tentu saja berasal dari proses pengolahan tembakau dari awal hingga proses pembakarannya sendiri. Sedikitnya rokok mengandung Tar, Ammonia, Karbon Monoksida, Butana, dan Arsenik yang berbahaya. Sedangkan untuk e-liquid terbuat dari campuran Gliserin Nabati, Propylene Glycol, Nikotin, dan Perasa. Dimana semua bahan ini termasuk aman dan tidak mengandung bahan kimia dan karsinogen seperti yang ada pada rokok.
Walaupun terdapat nikotin yang menyebabkan sifat adiktif, faktanya nikotin pada e-liquid tidak menyebabkan gangguan kesehatan kecuali kamu mengkonsumsi nikotin murni. Maka dari itu vape menawarkan solusi bagi para perokok yang teradiksi nikotin dengan cara yang lebih aman.
Mitos 5: Kebiasaan vaping akan mengarahkan ke kebiasaan merokok
Public Health England sudah lama mendukung manfaat vape sebagai pilihan alternatif untuk berhenti merokok. Dan menyebutkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung kekhawatiran atas kebiasaan vaping yang akan membawa pada kebiasaan merokok. Studi lainnya yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional Medis di Amerika Serikat, fakta yang ditemukan bahwa eksperimen kegiatan vaping tidak merubah kebiasaan vape menjadi naik ke tingkat penggunaan reguler bagi orang yang belum pernah merokok lalu berpindah menjadi perokok.
Mitos 6: Vape hanya ditujukan untuk kalangan remaja
Mitos terakhir yang sering beredar di masyarakat adalah bahwa vape hanya ditujukan untuk kalangan remaja. Padahal faktanya vape dijual kepada kalangan yang tentunya sudah berumur legal yaitu 18 tahun ke atas untuk memastikan tidak ada yang mencoba vape sebelum waktunya. Vape justru dikembangkan secara khusus sebagai alternatif yang lebih aman bagi pecandu rokok yang ingin berhenti merokok yang rata-rata adalah umur 20 tahun keatas.
Setelah membaca artikel ini kami harap tidak ada lagi yang keliru dan salah pemahaman tentang informasi yang beredar mengenai vape. Bijaklah dalam pemilihan liquid dan perangkat vape agar terhindar dari resiko kesehatan dan keamanan penggunaan vape. Pilihlah produk liquid vape yang berkualitas baik seperti liquid dari Hexjuice yang telah dipercaya sejak tahun 2016 oleh para vapers dalam menikmati vaping. Semoga membantu!